Contoh jurnal proposal metode penelitian


I.            JUDUL
PENGARUH KUALITAS PRODUK,KUALITAS LAYANAN DAN PERSEPSI HARGA,TERHADAP KEPUASAN  PELANGGAN AIR MINUM DALAM KEMASAN.
II.            DIAJUKAN OLEH
   Nama mahasiswa                          : M. Syamsul. Ma’arif
   NPM                                                   : 41183402100049
   Program Studi Jurusan                                : S-1/ Manajemen
III.            LATAR BELAKAG PENELITIAN
Keadaan ekonomi dalam era globalisasi dewasa ini membuat persaingan bisnis
menjadi semakin tajam, baik pasar domestik maupun pasar global. Walaupun konsumen
tetap ada namun daya beli mereka semakin terbatas.  Akibatnya konsumen menjadi
semakin kritis dalam melakukan pembelian atas produk yang mereka butuhkan. Dalam
keadaan tersebut mendorong setiap perusahaan untuk  lebih bekerja secara profesional
agar tetap dapat bersaing dan bertahan. Setiap perusahaan harus mampu menarik
konsumen dengan menawarkan produk yang berkualitas yang disertai dengan pelayanan
yang baik juga harga yang ekonomis.
Perusahaan akan sukses apabila mengutamakan kepuasan bagi para konsumennya. Kepuasan bagi konsumen akan datang dengan sendirinya bila produk/ jasa yang dijual perusahaan sesuai atau melampaui apa yang diinginkan oleh konsumen.
Apabila perusahaan melakukan suatu kesalahan yang merusak citranya maka hal ini akan menimbulkan akibat buruk bagi perusahaan sebab konsumen akan meninggalkan
perusahaan dan menjadi konsumen dari perusahaan pesaingnya.
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan. Selain itu kepuasan pelanggan dapat menjadi alat bersaing bagi suatu perusahaan dalam menghadapi pesaingnya.
Dalam pemasaran ada konsep kepuasan pelanggan yang digunakan untuk menilai seorang pelanggan itu merasa puas atau tidak yaitu dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Positive Disconfirmation
Dimana hasil yang diterima lebih baik dari hasil yang diharapkan.
b) Simple Disconfirmation
Dimana hasil yang diterima sama dengan hasil yang diharapkan.
c) Negative Disconfirmation
Dimana hasil yang diterima lebih buruk dari hasil yang diharapkan.
 Kelangsungan hidup sebuah perusahaan sangat tergantung pada kepuasan para
pelanggannya dan kemampuan menghasilkan laba. Sebuah perusahaan yang mampu
memuaskan kebutuhan pelanggannya, akan tetapi tidak mampu menghasilkan laba, tidak mungkin akan tetap eksis dan berkembang. Kepuasan pelanggan dan laba harus dicapai secara simultan. Pendekatan berdasarkan kepentingan pelanggan (customer oriented) sebaiknya dilakukan secara lebih sistematis dan efektif. 
Persepsi harga adalah kecenderungan konsumen untuk menggunakan harga dalam memberi penilaian tentang kualitas produk       (Burton et.al.1998, Sinha and Batra 1999-
2000, Garretson et.al.2002).
Dalam hal ini penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai : “Kualitas Produk,Kualitas Layanan dan Persepsi Harga,Terhadap Kepuasan  Pelanggan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)”.

IV.            TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah :
1.       Menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan.
2.       Menganalisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan.
3.       Menganalisis pengaruh persepsi harga terhadap kepuasan pelanggan.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.        Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perusahaan untuk merumuskan
kebijakan pemasaran.
2.       Sebagai bahan kajian ilmiah dari teori yang pernah  didapat untuk bisa
diimplementasikan secara empiris di lapangan.
3.       Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
4.        
V.            RUANG LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH
1.       Citra Merek 
Knapp (2001), mendefinisikan merek sebagai internalisasi sejumlah kesan yang diterima oleh pelanggan dan konsumen yang mengakibatkan adanya suatu posisi khusus dalam ingatan mereka terhadap manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan. Sebuah merek dikatakan khusus jika konsumen merasa yakin bahwa merek-merek tersebut benar-benar khusus. Untuk memiliki merek tertentu, perusahaan setidaknya memenuhi beberapa pernyataan berikut :
Apakah merek benar-benar berbeda, penting dan bernilai bagi konsumen.
Apakah merek memiliki komitmen untuk menyediakan manfaat emosional dan fungsional tertentu bagi konsumen. Apakah merek secara konsisten  memenuhi janji dan menyampaikan komitmennya kepada konsumen.
Dengan demikian, jelas bahwa pemberian merek bukan merupakan intuisi, bukan hanya sebuah kata, melainkan konsep nyata tentang keinginan, komitmen dan janji kepada konsumennya. Pengertian lain mengenai merek, dikemukakan oleh Aaker (1996) bahwa merek merupakan nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap,kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. Sedangkan menurut Staton (1996) merekdidefinisikan sebagai nama, istilah, symbol, desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur tersebut yang  dirancang untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang ditawarkan oleh penjual.mengemukakan pentingnya pengembangan citra merek dalam organisasi bisnis. citra merek yang dikelola  dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi:  Meningkatkan pemahaman pengetahuan terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam mengambil keputusan. Memperkaya orientasi konsumen terhadaphal-hal yang bersifat simbolis  lebih dari pada fungsi-fungsi produk. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.  Meningkatkan keunggulan bersaing  berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing.
2.       Kualitas Layanan
Pemahaman terhadap kualitas layanan  memberikan arti penting bagi terwujudnya suatu layanan yang unggul. Dengan demikian banyak para ahli yang berusaha menggali dimensi-dimensi  yang membangun suatu konstruk kualitas layanan secara utuh. Salah satunya adalah Bouman dan Wiele (1992, p.5-6) yang menunjukkan bahwa dimensi-dimensi kualitas layanan meliputi layanan pada konsumen,  tangibles  atau sesuatu yang nampak pada penyedia jasa, serta keyakinan akan jaminan yang diberikan penyedia jasa. Layanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah layanan yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan, misalnya proses pengenalan produk secara baik terhadap konsumen.
3.       Minat Beli
Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk  suatu persepsi. Minat yang muncul dalam melakukan pembelian menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu kegiatan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. kita ingin mempengaruhi seseorang, maka cara yang terbaik adalah mempelajari apa yang dipikirkannya, dengan demikian akan didapatkan tidak hanya sekedar informasi tentang orang itu tentu lebih bagaimana proses informasi itu dapat berjalan dan bagaimana memanfaatkannya. Hal ini yang dinamakan “The Buying Process” (Proses Pembelian). proses pembelian meliputi lima hal : 1.  Need(kebutuhan), proses pembelian berawal  dari adanya kebutuhan yang tak harus dipenuhi atau kebutuhan yang muncul  pada saat itu dan memotivasi untuk melakukan pembelian. 2.  Recognition (Pengenalan), kebutuhan belum cukup untuk merangsang terjadinya pembelian  karena mengenali kebutuhan itu sendiri untuk dapat menetapkan sesuatu untuk memenuhinya. 3.  Search (Pencarian), merupakan bagian aktif dalam pembelian yaitu mencari jalan untuk mengisi kebutuhan tersebut. 4.  Evaluation (Evaluasi), suatu proses untuk mempelajari semua yang didapat selama proses  pencarian dan mengembangkan beberapa pilihan. 5.  Decision (Keputusan), langkah terakhir dari suatu proses pembelian untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diterima. Lima tahap diatas merupakan suatu proses dimana kita dapat memberikan suatu informasi persuasif yang spesifik untuk mempengaruhinya.
4.  Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan muara akhir dari penelitian ini yang memiliki dimensi yaitu daya taruk, kemantapan membeli, dan sesuai kebutuhan (Häubl, 1996). Dimensi-dimensi yang membentuk minat beli dikemukakan oleh Spiro and McGee (1991), MacKay (2001) dan Häubl (1996) sebagai berikut:
Pencarian informasi lanjut, Kemauan untuk memahami produk, Keinginan untuk mencoba produk. Pencarian informasi lanjut diwujudkan dengan upaya konsumen untuk mendapatkan informasi secara lebih lengkap tentang produk tertentu . Kemauan memahami produk dimaksudkan sebagai sikap positif yang ditunjukkan oleh konsumen apabila diperkenalkan  pada sebuah produk  terbaru. Keinginan untuk mencoba produk dapat ditunjukkan dengan upaya konsumen mempergunakan produk dengan cara meminjam pada pihak lain. Kunjungan ke outlet ditentukan dengan kesediaan konsumen untuk mengunjungi outlet handhphone, baik untuk mencari informasi maupun mencobaproduk mengembangkan model berkaitan dengan harga, kualitas yang dirasakan, pengorbanan yang dirasakan, citra merek dan keinginan untuk membeli. Dari ketiga penelitian diatas terdapat beberapa perbedaan ataupun persamaan, baik yang menyangkut indikator dari variabel kualitas yang dirasakan  maupun hasilnya.  sama-sama menggunakan harga, citra merek dan nama toko sebagai indikator kualitas yang dirasakan.  Kaitan antara citra merek dengan minat beli Dikemukakan bahwa citra merek akan berpengaruh langsung terhadap tingginya minat beli terhadap suatu produk. Hal tersebut didukung oleh pendapat Gaeff (1996) yang menyatakan bahwa perkembangan pasar yang demikian pesat mendorong konsumen untuk lebih memperhatikan  citra merek  dibandingkan karakteristik fisik suatu produk dalam  memutuskan pembelian. Hal tersebut menjustifikasi pengaruh citra merek terhadap minat beli.  Dari paparan di atas dapat diajukan hipotesis berikut:
H1: Semakin tinggi citra merek  suatu produk, semakin tinggi minat beli. 2. Pengaruh KualitasLayananTerhadapCitraMerek.Dalam kondisi tertentu, pelanggan  hanya akan mengasosiasikan produk atau jasa dengan mereknya. Selain itu juga dikatakan bahwa kualitas yang diterima dari sebuah produk atau layanan (perceived quality) adalah berhubungan dengan reputasi dihubungkan dengan brand name. Dalam industri jasa dan bisnis lainnya, merek seringkali dikaitkan dengan reputasi perusahaan daripada produk atau layanan itu sendiri. Reputasi perusahaan sangat penting  dari sudut pandang pelanggan untuk memberikan gambaran terhadap kualitas produk atau jasa yang dihasilkan,pengaruh kualitas pelayanan (service quality) terhadap citra merek perusahaan (citra merek) dapat dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:
H2 : Semakin tinggi kualitas layanan, semakin tinggi citra merek.
3. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Minat Beli Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh. Dari paparan di atas dapat diajukan hipotesis berikut:
H3 : Semakin tinggi kualitas layanan, semakin tinggi minat beli konsumen.
4.       Pengaruh Minat Beli Terhadap Keputusan Pembelian Penelitian yang dilakukan oleh Herche (1994) menunjukkan kaitan antara minat beli dan keputusan pembelian. Minat beli konsumen yang tinggi akan mendorong konsumen membeli suatu produk. Sebaliknya, minat beli konsumen yang rendah akan mencegah konsumen untuk membeli produk.  Dari  paparan di atas dapat diajukan hipotesis berikut:H4 : Semakin tinggi minat beli, semakin tinggi keputusan pembelian.
VI.            KERANGKA PEMIKIRAN

citra merek,kualitas layanan,minat beli,keputusan membeli:                                           




Berdasarkan paparan di atas dapat diajukan tiga hipotesis sebagai berikut:
H1: Semakin tinggi citra merek kualitas produk, semakin tinggi minat beli konsumen.
H2: Semakin tinggi kualitas layanan, semakin tinggi citra merek.
H3: Semakin tinggi kualitas layanan, semakin tinggi minat beli konsumen
H4: Semakin tinggi minat beli, semakin tinggi keputusan pembelian.
VII.            METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian
1) Variabel Terikat (Dependent)
Variabel Terikat  (Dependent) yaitu variabel yang tidak bebas atau variabel yang tergantung dengan variabel lainnya (Arikunto, 2002 : 97). Variabel Terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
• Kepuasan Pelanggan  (Y)
2) Variabel Bebas (Independent)Variabel Bebas  (Independent) yaitu variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab (Arikunto, 2002 : 97). Variabel Bebas  yang digunakan  dalam penelitian ini adalah :
• Kualitas Produk (X1)
• Kualitas Layanan (X2)
• Persepsi Harga (X3)
 3.1.2    Definisi Operasional
3.1.2.1 Kepuasan Pelanggan
Menurut Mowen (1995 : 521), kepuasan pelanggan adalah semua karakteristik yang ada pada produk dan jasa, yang dapat memberikan suatu nilai lebih kepada pelanggan.  Indikator kepuasan pelanggan menurut Mowen (1995 : 551) adalah: 

1. Kemampuan produk dan konsistensinya
2. Garansi produk
3. Reputasi perusahaan
3.1.2.2 Kualitas Produk
Menurut Garvin (1998), kualitas produk adalah kemampuan dari suatu produk yang dapat memberikan segalanya lebih  besar atau lebih unggul sebagai pembanding dengan alternatif bersaing dari pandangan pasar. Indikator kualitas produk menurut Garvin (dalam Tjiptono, 2005 :
130 – 131) adalah :
1. Fitur
2. Reliabilitas
3. Kesesuaian dengan spesifikasi
4. Daya tahan
5.   Keindahan
3.1.2.3 Kualitas Layanan
Menurut Parasuraman, et.al (1991) dan Gronroos (1994), persepsi
kualitas layanan adalah merupakan evaluasi keseluruhan dari fungsi jasa
yang diterima secara aktual oleh pelanggan (kualitas teknis), dan
bagaimana cara layanan tersebut disampaikan (kualitas fungsional).
Indikator persepsi kualitas layanan menurut Parasuraman, et.al (1998) adalah :
1.  Bukti fisik
2. Kehandalan
3. Ketanggapan
4. Jaminan dan kepastian
5. Empati
3.1.2.4 Persepsi Harga
Persepsi harga adalah kecenderungan konsumen untuk menggunakan harga dalam memberi penilaian tentang kualitas produk  ( Burton et.al.1998, Sinha and Batra 1999-2000, Garretson et.al.2002. Menurut Stanton (2004), harga adalah sejumlah uang (kemungkinan ditambah barang) yang ditentukan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelanggan yang menyertai. 
Indikator harga menurut Stanton (2004) adalah :
1. Keterjangkauan harga
2. Perbandingan dengan merek lain
3. Kesesuaian harga dengan kualitas
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian (Bungin,
2005 : 99). Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan AMDK .
3.2.2 Sampel
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah “ purposive sampling”, yaitu pemilihan sample dengan kriteria tertentu ( Arikunto, 2000 : 103 ). Kriterian yang digunakan adalah pelanggan yang melakukan pembelian berulang kali atau minimal 2 kali dapat digunakan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus pendekatan Slovin (dalam umar, 2004) yaitu :
dilakukan adalah  menunjuk atau menarik sampel yang representatif dengan menggunakan metode  Sampling. Metode Samplingadalah pembicaraan bagaimana menata berbagai teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian, bagaimana kita merancang tata cara pengambilan sampel agar menjadi sampel yang representatif (Bungin, 2005 : 105). Rancangan Sampel Non Probabilitas, artinya penarikan sampel tidak penuh dilakukan dengan menggunakan hukum probabilitas yaitu bahwa tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian (Bungin, 2005 : 109). Sampel yang dipilih adalah responden yang dekat dengan lokasi penelitian karena mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya dalam melakukan penelitian. Untuk itu, metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Purposive Sampling” karena teknik sampling ini digunakan pada penelitian–penelitian yang lebih mengutamakan  tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian (Bungin, 2005 : 115).
3.3 Jenis Penelitian dan Sumber Data
Jenis penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (Explanatory Research) yangberusaha untuk menjelaskan serta menyoroti hubungan antara variabel–variabel yang diajukan dalam penelitian serta menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, disamping itu untuk menguji hipotesis yang diujikan (M. Singarimbun, 1992 : 5). 42
3.3.1 Data Primer 
Data Primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian  (Bungin, 2005 : 120 - 122). Data primer yang  diperoleh untuk penelitian ini berupa Data Kuantitatif (data yang dijelaskan dengan angka–angka), yaitu data jumlah pelanggan AMDK.
3.3.2 Data sekunder 
Data sekunder adalah data yang telah diolah oleh orang lain atau lembaga lain dan telah dipublikasikan. Data tersebut diperoleh dari buku, laporan instansi terkait maupun dari literatur-literatur yang ada. Adapun yang termasuk dalam data sekunder adalah gambaran umumtentang AMDK Jawa Tirta yang meliputi sejarah dan perkembangan serta struktur organisasinya.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dapat diuji kebenarannya dan sesuai dengan
masalah yang diteliti secara lengkap maka digunakan teknik sebagai berikut:
1. Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang diperlukan dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang langsung diberikan kepada responden yang dalam hal ini adalah pelanggan AMDK (Air Minum Dalam Kemasan ).
2. Wawancara ( Interview )
Pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak AMDK berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan guna memperoleh informasi yang lengkap.
3. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung kepada obyek yang dituju. Pengamatan ini dilakukan secara langsung terhadap keadaan atau lokasi perusahaan AMDK Jawa Tirta dan mengenai cara pelayanan penjualannya.
VIII.            SISTEMATIKA PEMIKIRAN
BAB I.  JUDUL
BAB II.
BAB III. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
BAB V. RUANG LINKUP DAN PEMBATASAN PENELITIAN
BAB VI. KERANGKA PEMIKIRAN
BAB VII. METODELOGI PENELITIAN
BAB VIII. SISTEMATIKA PELAPORAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar